Rabu, 24 Desember 2014

Metaphors, Allusions, and Simile

Name               : Laily Nur Iffah Sari
NIM                : 2201412055
Rombel            : 4
Subject            : English-Indonesian Translation
Lecturers         : Dr. Issy Yuliasri, M.Pd.
                          Dr. Rudi Hartono, S.S., M.Pd.


The 5th assignment of English-Indonesian Translation


Metaphors, Allusions, and Simile

1.      Metaphors
Examples: a) SL: My husband is my hearth of my body.
TL: Suamiku adalah belahan jantung hatiku yang tumbuh dalam tubuhku.
b) I will get the beatiful flower in the village to be my wife.
TL: Aku akan mendapatkan bunga desa (gadis paling cantik di desa) untuk menjadi istriku.
c) Ibnu is a cat of my house.
TL: Ibnu adalah kucing rumahan (seorang penurut).
d) SL: Love is a sacrifice.
TL: Cinta adalah sebuah pengorbanan.
e) SL: Difficulties in life is adventures to get success.
TL: Kesulitan hidup itu merupakan tantangan menuju keberhasilan.

2.      Allusions
Examples: a) SL:The end justifies the means.
TL: Menghalalkan segala cara yang baik maupun buruk untuk mencapai tujuan baik yang diinginkan.
b) SL: Blood is thicker than water.
TL: Hubungan keluarga lebih kuat daripada dengan yang lain.
c) SL: Hope for the best, but prepare for the worst.
TL: Hal-hal buruk sangat mungkin terjadi dalam kehidupan kita, jadi kita harus pandai mempersiapkan segala sesuatu.
d) SL: Actions speak louder than words.
TL: Jangan hanya mengatakan bahwa Anda akan melakukan sesuatu, karena itu tidak ada artinya. Benar-benar melakukannya lebih sulit dan lebih bermakna.
e) SL: Practice makes perfect
TL: Anda harus banyak berlatih untuk mengasah keterampilan agar menjadi baik dalam hal itu.

3.      Simile
Examples: a) SL: Your heart is like the freeze stone.
TL: Hati mu bagaikan batu yang membeku.
b) SL: That girl is as clever as a mouse deer.
TL: Anak perempuan itu sepandai kancil.
c) SL: Anna is a beautifulas a fairy.
TL: Anna secantik bidadari.
d) SL: You are like a red rose in the beautiful garden.
TL: Kamu seperti sekuntum mawar merah di kebun yang indah.
e) SL: That teacher seems to be as fierce as a big lion of desert.
TL: Guru itu terlihat galak seperti seekor singa padang pasir yang besar.

Procedures of Translating Culture-Specific Concepts (CSCs)


Name               : Laily Nur Iffah Sari
NIM                : 2201412055
Rombel            : 4
Subject            : English-Indonesian Translation
Lecturers         : Dr. Issy Yuliasri, M.Pd.
                          Dr. Rudi Hartono, S.S., M.Pd.


The 4th assignment of English-Indonesian Translation

Procedures of Translating Culture-Specific Concepts (CSCs)

The following are some examples of translation procedures that Newmark (1988b) proposes:

    1.      Transference: it is the process of transferring an SL word to a TL text. It includes transliteration and is the same as what Harvey (2000:5) named "transcription."
Examples: a) SL: I want to be a police.
TL: Saya ingin menjadi seorang polisi.
b)  SL: Sorry, I can’t. My computer is still in repairing center.
 TL: Maaf, saya tidak bisa. Komputerku masih dalam perbaikan.

   2.      Naturalization: it adapts the SL word first to the normal pronunciation, then to the normal morphology of the TL. (Newmark, 1988b:82)
Examples: a) SL: You have to go a photo copy center before Mr. John comes back here.
TL: Kamu harus pergi ke tempat foto kopi sebelum Tuan John kembali ke sini.
b) SL: Sir, I want to buy that red pencil.
TL: Aku mau beli pensil merah itu, pak.
  1. Cultural equivalent: it means replacing a cultural word in the SL with a TL one. however, "they are not accurate" (Newmark, 1988b:83)
Examples: a) SL: Sorry for this accident. I promise to replace your carriage.
TL: Maaf ya buat kecelakaan ini. Aku janji akan mengganti dokarmu.
b) SL: The headmaster said that all of science students should play baseball in Friday.
TL: Kepala sekolah mengatakan bahwa semua siswa IPA harus bermain olahraga kasti pada hari Jum’at.
  1. Functional equivalent: it requires the use of a culture-neutral word. (Newmark, 1988b:83)
Examples: a) SL: My mother bought apples, oranges, bananas, and grapes yesterday.
TL: Mamaku kemaren beli banyak apel, jeruk, pisang, dan anggur.
b) SL:Mom, where is the spoon for rice?
TL: Ma, dimana sih centong nasinya?
  1. Descriptive equivalent:in this procedure the meaning of the CBT is explained in several words. (Newmark, 1988b:83)
Examples: a) SL: Let me repair the software of your computer.
TL: Ijinkan aku memperbaiki perangkat lunak komputermu.
b) SL: I believe that nationalist person will pay the taxes.
TL: Aku yakin bahwa orang yang cinta tanah air akan taat membayar pajak.
  1. Componential analysis: it means "comparing an SL word with a TL word which has a similar meaning but is not an obvious one-to-one equivalent, by demonstrating first their common and then their differing sense components." (Newmark, 1988b:114)
Examples: a) SL: Mrs. Sally sellsbanana chips in the market only every Sunday.
TL: Bu Sally berjualan keripik pisang di pasar hanya pada hari minggu saja.
b)SL: Add butter before you mix the eggs and sugar.
TL:Tambahkan mentega sebelum Anda mengocok telur dan gula.
  1. Synonymy: it is a "near TL equivalent." Here economy trumps accuracy. (Newmark, 1988b:84)
Examples: a) SL: Sorry for my error, Sir. I’ll check this letter again.
TL: Maafkan kekeliruan/kesalahan saya, pak. Saya akan meneliti surat ini lagi.
b) He was my ex-boyfriend.
TL: Dia itu bekas/mantan pacar saya.
  1. Through-translation: it is the literal translation of common collocations, names of organizations and components of compounds. It can also be called: calque or loan translation. (Newmark, 1988b:84)
Examples: a) SL: He had entered a police academy in Jakarta around three months.
TL: Dia masuk akademi polisi di Jakarta kira-kira sudah tiga bulan.
b) SL: My husband has prepared all of the requirements to get the insurance policy for our new baby.
TL: Suamiku sudah menyiapkan semua syarat-syarat polis asuransi untuk bayi kami yang baru lahir.
  1. Shifts or transpositions: it involves a change in the grammar from SL to TL, for instance, (i) change from singular to plural, (ii) the change required when a specific SL structure does not exist in the TL, (iii) change of an SL verb to a TL word, change of an SL noun group to a TL noun and so forth. (Newmark, 1988b:86)
Examples: a) English pluralbecomes singular in Indonesian
SL: Use only a short trousers or pants in the boy’s swimming pool.
TL: Hanya boleh mengenakan celana pendek untuk kolam renang laki-laki.
b) Unit transposition of phrase becomes clause
SL:The lady with yellow shoes is my wife.
TL: Wanita yang memakai sepatu warna kuning adalah istriku.
  1. Modulation: it occurs when the translator reproduces the message of the original text in the TL text in conformity with the current norms of the TL, since the SL and the TL may appear dissimilar in terms of perspective. (Newmark, 1988b:88)
Examples: a) SL: You’re to be a mother.
TL: Kamu sebentar lagi akan punya anak.
b) SL: Let’s get the summer in Bali together.
TL: Ayo kita pergi liburan bersama ke Bali.
  1. Recognized translation: it occurs when the translator "normally uses the official or the generally accepted translation of any institutional term." (Newmark, 1988b:89)
Examples: a) SL: In the new curriculum, students have to join with Scout.
TL: Kurikulum terbaru mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan PRAMUKA.
b) SL: Barack Obama who is the president of the United State of America (USA) is from Indonesia.
TL: Presiden Amerika Serikat Barack Obama berasal dari Indonesia.
  1. Compensation: it occurs when loss of meaning in one part of a sentence is compensated in another part. (Newmark, 1988b:90)
Examples: a) SL: Have you ever heard the story of Robin Hood?
TL: Kamu sudah pernah mendengar cerita tentang Si Pitung belum?
b) SL: What have you said?You thought that I was a sap?
TL: Barusan kamu bilang apa? Kamu pikir aku ini bebek bodoh?
  1. Paraphrase: in this procedure the meaning of the CBT is explained. Here the explanation is much more detailed than that of descriptive equivalent. (Newmark, 1988b:91)
Examples: a) SL: In a storytelling group, we also need an interlocutorthat is a teacher.
TL: Dalam sebuah kelompok bercerita, dibutuhkan seorang guru sebagai interkolutor, yaitu pemberi umpan balik dari kegiatan yang telah dilaksanakan baik oleh pencerita, pendengar, maupun sekretaris.
b)SL: The education ministry are better to use the Bloom taxonomy in thenewest curriculum.
TL:Kementerian pendidikan sebaiknya menggunaka ntaksonomi Bloom, yaitu suatu klasifikasi tujuan pembelajaran yang mengacu pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor pada kurikulum yang baru.
  1. Couplets: it occurs when the translator combines two different procedures. (Newmark, 1988b:91)
Examples: a)Borrowing and Descriptive
SL: One of the criteria to makethe decision of marking the first day of Syawal is itjimak, the conjunction between the moon and the sun.
TL: Salah satu syarat dalam menentukan tanggal 1 Syawal adalah itjimak, yaitu konjungsi antar bulan dan matahari.
b)Descriptive and Notes
SL:Heartburn1occurs when the LES (the lower esophageal sphincter) does not close properly, thus allowing stomach acid to climb back (reflux) into the lower part of your esophagus.
TL: Heartburn1 bterjadi ketika LES (lower esophageal sphincter) tidak menutup dengan benar, sehingga memungkinkan asam lambung naik kembali (refluks) ke bagian bawah kerongkongan Anda.

Note:
1Heartburn is colloquial term for a feeling of warmth or burning in the chest or upper stomach. It is not caused by heart but stomach acid. This pain discomfort may spread to your throat, jaw, arms, or back.
1 Heartburn adalah istilah sehari-hari untuk perasaan kehangatan atau terbakar di dada atau perut bagian atas. Hal ini tidak disebabkan oleh jantung tapi asam lambung. Ketidaknyamanan karena rasa nyeri ini bisa menyebar ke tenggorokan Anda, rahang, lengan, atau punggung.

  1. Notes: notes are additional information in a translation. (Newmark, 1988b:91)
Examples: a) SL: To improve students writing descriptive text skill, teacher can apply scaffolding approach2 in teaching and learning process.
TL: Untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif siswa, guru dapat mengaplikasikan pendekatan scaffolding2 dalam kegiatan belajar mengajar.


Note:
2 It is a step-by-step process that provides the learner with sufficient guidance until the process is learned, and then gradually removes the supports in order to transfer the responsibility for completing the task to the student.
2 Ini adalah proses langkah-demi-langkah yang menyediakan  bimbingan yang memadai untuk siswa sampai pada proses belajar, dan kemudian secara bertahap dapat menimbulkan  dukungan kepada siswa untuk mentransfer tanggung jawab menyelesaikan tugasnya.
b) SL: The beneficial method to focus learners’ attention on the gaps in their English competence is incorporating back-translating3 writing exercises into reading classes.
TL: Metode bermanfaat untuk memusatkan perhatian peserta didik pada kesenjangan dalam kompetensi bahasa Inggris mereka adalah dengan menggabungkan latihan menulis menggunakan metode back-translating3 ke dalam kelas membaca.

Note:
3 Translating English text into the students’ for language (L1) and then back into English.

3 Menerjemahkan teks bahasa Inggris ke bahasa yang digunakan siswa (L1) dan kemudian kembali ke dalam bahasa Inggris.

Sabtu, 18 Oktober 2014

TYPES OF TRANSLATION



Name               : Laily Nur Iffah Sari
NIM                : 2201412055
Rombel            : 4
Subject            : English-Indonesian Translation
Lecturers         : Dr. Issy Yuliasri, M.Pd.
                          Dr. Rudi Hartono, S.S., M.Pd.


The 3rd assignment of English-Indonesian Translation


TYPES OF TRANSLATION

SL: According to Larson (1984:15)
Translation is classified into two main types, namely form-based translation and meaning-based translation.
Forms-based translation attempts to follow the form of the source language (SL) and it is known as literal translation.
Meaning-based translation makes every effort to comunicate the meaning of the SL text in the natural forms of the receptor language. such translation is called idiomatic translation.
TL: Menurut Larson (1984:15)
Penerjemahan dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu penerjemahan berdasarkan bentuk bahasa dan makna.
Penerjemahan berdasarkan bentuk berupaya mengikuti bentuk bahasa sumber dan jenis penerjemahan ini dikenal sebagai penerjemahan harfiah.
Penerjemahan berdasarkan makna membutuhkan beberapa upaya untuk mengomunikasikan makna dari teks bahasa sumber kedalam berbagai bentuk bahasa sasaran yang lebih alamiah. Jenis penerjemahan yang demikian disebut penerjemahan idiomatik.


SL: According to Catford (1978: 21)
`       Based on the extent, the types of translation are:
1)      Full translation, it is a types of translation in which the entire SL text is reproduced by the TL text material.
2)      Partial translation, there are only some parts of the SL text to be translated into the TL text.
TL: Menurut Catford (1978:21)
      Jenis-jenis penerjemahan berdasarkan banyaknya, antara lain:
1)      Penerjemahan penuh, merupakan jenis terjemahan dimana seluruh teks bahasa sumber diproduksi ulang ke dalam materi teks bahasa sasaran.
2)      Penerjemahan sebagian, dimana hanya beberapa bagian dari teks bahasa sumber yang diterjemahkan ke dalam teks bahasa sasaran.

SL: In terms of level, the types of translation are:
1)      Total translation, the TL material replaces all levels of the SL text.
2)      Restricted translation, it is the replacement of SL textual material with equivalent TL material at only one level; whether at the phonological level, graphological level, or at the level of grammar and lexis.
TL: Jenis-jenis penerjemahan berdasarkan tingkatannya, antara lain:
1)      Penerjemahan total, merupakan penerjemahan dimana materi teks bahasa sasaran menggantikan semua level dari teks bahasa sumber.
2)      Penerjemahan terbatas, penerjemahan ini merupakan penggantian teks materi bahasa sumber yang memiliki hanya satu tingkat kesepadanan pada materi teks bahasa sasaran; apakah pada tingkat fonologi, grafologi, atau tata bahasa dan kosa kata.

SL: In terms of rank, translation is divided into:
1)      Rank-bound translation, it means that the selection of TL text equivalent is limited at only one rank, such as word-for-word equivalemce, morpheme-for-morpheme equivalence, etc.
2)      Unbounded translation, it can move freely up and down the rank-scale.
TL: Berdasarkan tingkatnya, penerjemahan dibagi menjadi:
1)      Penerjemahan terikat, penerjemahan ini berarti bahwa pemilihan kesepadanan teks bahasa sasaran terbatas hanya pada satu tingkat, seperti kesepadanan kata demi kata, morfem demi morfem, dll.
2)      Penerjemahan tak terikat, penerjemahan ini dapat berubah dengan bebas baik naik maupun turun dari skala tingkat.

SL: According to Brislin in Choliludin (2007: 26-30)
       Based on the purposes of translation:
TL: Menurut Brislin pada Choliludin (2007: 26-30)
        Berdasarkan tujuannya, penerjemahan dibagi menjadi:
1)        SL: Pragmatic translation: it refers to the translation of a message with an interest in accuracy of the information that was meant to be conveyed in the SL form and it is not conveyed with other aspects of the original language version. Example: the translation of the information about repairing a machine.
TL: Penerjemahan pragmatik: penerjemahan ini merupakan suatu proses menerjemahkan sebuah pesan dengan memperhatikan ketepatan informasi yang disampaikan oleh bahasa sumber, bukan aspek-aspek kebahasaan lainnya pada bahasa sumber. Contoh: terjemahan informasi tentang memperbaiki sebuah mesin.
2)        SL: Aesthetic-poetic translation: it refers to translation in which the translator takes into account the affect, emotion, and feeling of an original version, the aesthetic form used by the original author, as well as any information in the message. Example: the translation of sonnet, rhyme, heroic couplet, dramatic doalogue, and novel.
TL: Penerjemahan aestetik-poitik: penerjemahan ini merupakan penerjemahan yang sangat memperhatikan aspek-aspek perasaan, emosi, dan suasana dari bahasa sumber, bentuk estetis dipergunakan oleh penulis asli, sebagaimana informasi yang berada dalam pesan. Contoh: terjemahan sonata, sajak, bait kepahlawanan, dialog dramatis, dan novel.
3)        SL: Ethnographic translation: its purpose is to explicate the cultural context of the SL and TL versions. Translator have to be sensitive to the way words are used and must know how the word fits into cultures. Example: the use of the word ‘yes’ versus ‘yeah’ in America.
TL: Penerjemahan etnografik, tujuan penerjemahan etnografik adalah menjelaskan konteks-konteks budaya dari bahasa sumber dan bahasa sasaran. Penerjemah harus peka terhadap kata-kata yang digunakan dan mengetahui kata-kata yang cocok dengan kebudayaan pada bahasa sasaran. Contoh: penggunaan kata ‘yes’ dengan ‘yeah’ di Amerika.
4)        SL: Linguistic translation:  is concerned with equivalent meanings of the constituent morphemes of the SL and grammatical form. Example: language in a computer program and translation mchine.
TL: Penerjemahan linguistik, penerjemahan ini memfokuskan pada kesepadanan makna dari unsur pokok morfem dan bentuk gramatikal bahasa sumber. Contoh: bahasa dalam program komputer dan mesin penerjemahan.

SL: According to Jacobson in Leonardi (2000)
TL: Menurut Jacobson pada Leonardi (2000)

·     SL: Intralingual translation refers to a translation in which verbal signs are interpreted by means of other signs of the same language. It happens within the same language (monolingual).
TL: Penerjemahan Intralingual merupakan penerjemahan dimana tanda-tanda verbal diterjemahkan melalui makna-makna dari tanda-tanda yang lain dalam bahasa yang sama. Penerjemahan intralingual terjadi dalam satu bahasa yang sama (monolingual).

SL: Interlingual translation is the one which refers to different languages whether it is bilingual or multilingual.
TL: Penerjemahan interlingual adalah satu-satunya penerjemahan yang mengacu pada perbedaan bahasa apakah itu bahasa bilingual atau multingual.

SL: Intersemiotic translation refers to an interpretation of verbal signs by means of other signs of non-verbal sign systems.
TL: Penerjemahan intersemiotik mengacu pada sebuah interpretasi tanda-tanda verbal juga tanda-tanda lain dari sistem-sistem tanda non-verbal.